evolusi molekuler
EVOLUSI
MOLEKULER
A.
Ruang
Lingkup Evolusi Molekuler
Evolusi molekuler (molecular evolution) pada
dasarnya menjelaskan dinamika dari pada perubahan evolusi pada tingkat molekuler,
disamping itu untuk mendukung pemahaman tentang proses evolusi dan efek-efek
berbagai macam mekanisme molekuler, termasuk di dalamnya adalah evolusi genom,
gen-gen, dan produk-produknya (Graur & Hsiung Li, 2000). Lebih lanjut
dikatakan bahwa studi tentang evolusi molekuler berakar pada dua disiplin ilmu
yang berbeda yaitu “genetika populasi “ dan “ biologi molekuler “. Genetika
populasi melengkapi tentang dasar teori untuk proses-proses evolusi, sementara
biologi molekuler melengkapi tentang data
empiric. Jadi untuk memahami evolusi molekuler tersebut sangat diperlukan
pengetahuan dasar keduanya yaitu genetika populasi dan biologi molekuler
praktis.Selanjutnya lingkup pembahasan evolusi molekuler seperti yang
disampaikan Graur & Hsiung Li (2000) sebagai berikut.
Pengkajian teori evolusi pada masa modern ini
dilihat dari beberapa pendekatan antara lain melalui pendekatan genetika
populasi, evolusi ekologi, evolusi molekuler, sistematik, dan paleontology
(Stearn & Hoekstra, 2003). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk
mengkaji proses evolusi biologi dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan,
sehingga masalah evolusi dapat dikaji secara lebih komprehensif dan
proporsional.Pendekatan evolusi molekuler (molecular evolution) sebagai salah
satu pendekatan yang digunakan dalam mengkaji evolusi biologi pada saat ini
(masa evolusi modern) sangat banyak digunakan (Waluyo, 2005).
Pendekatan molekuler ini mengkaji dan memandang
evolusi dari sejarah rekaman urutan DNA dan protein (Stearn & Hoekstra, 2003).
Dua area pembahasan :
(1) pada objek pertama adalah menjelaskan tentang
pembentukan, penyebab dan efek dari perubahan evolusi molekul
(2) pada objek kedua menggunakan molekul hanya
sebagai alat untuk merekontruksi sejarah biologi organisme dan konstituen
genetikanya. Walaupun kenyataannya kedua disiplin ilmu di atas saling berkait
erat.
Kemajuan di satu area akan memfasilitasi
perkembangan studi di area lain. Contoh, pengetahuan tentang filogeni adalah
sangat esensial untuk determinasi jenis perubahan pada karakter molekuler.
Sebaliknya, pengetahuan terhadap pola dan rata-rata
perubahan melokul adalah sangat krusial dalam usaha untuk rekontruksi sejarah
evolusi kelompok organisme. Dalam tinjauan molekuler, evolusimerupakan
perubahan susunan genetic pada generasi yang berurutan. Untuk mengetahui
evolusi, sangat baik untuk mengetahui tentang genetika dari populasi
(population genetic).
Penelitian selama 30 tahun yang dilakukan oleh R.A.
Fisher di Inggris dan S. Wright di Amerika memperlihatkan bahwa evolusi tidak
mengenai sebuah gen atau suatu individu, tetapi melaui sekelompok gen atau
sekumpulan individu yang disebut populasi (Sidharta, 1995). Genetika individu
selalu menyangkut konsep genotype yakni konstitusi genetika pada individu. Dan
jika kita katakan bahwa evolusi adalah perubahan dalam komposisi genetis dari
populasi, maka yang diartikan adalah suatu perubahan dari frekuensi genetis di
dalam seluruh gen (termasuk plasmagen) yang dimiliki semua individu dalam
populasi tersebut (Waluyo, 2005).
Perhitungan laju evolusi molekuler mengenai
penyimpangan dalam struktur protein telah memberikan alasan yang kuat
terjadinya mutasi secara acak. Urutan asam amino protein tertentu seperti
sitokrom c dan hemoglobin pada berbagai macam organisme sekarang telah
ditentukan. Dari jumlah perbedaan asam amino antara protein yang sama pada
bermacam-macam spesies, dimungkinkan untuk menyusun pohon silsilah atau pohon
filogenetik yang menunjukkan garis keturunan evolusi (Harris,
1994).Penelitian-penelitian molekuler telah mengungkapkan asal usul kehidupan
dan evolusi yang berlangsung setelahnya menjadi berbagai spesies, baik yang
telah punah maupun yang masih ada saat ini.
Teori-teori yang berkaitan dengan kejadian-kejadian
awal ini tidak dapat dibuktikan secara pasti berdasarkan bukti-bukti
sirkumstansial (kuat namun tidak membuktikan sesuatu hal benar atau tidak).
Fosil molekuler seperti intron di dalam unit-unit transkripsional serta
jalur-jalur biokimiawi umum yang dimiliki oleh berbagai organisme telah
memberikan data tambahan untuk mendukung model-model yang ada saat ini. Biologi
molekuler memandang memandang proses perkembangan organisme yang ada saat ini
adalah merupakan hasil perkembangan makhluk hidup sebelumnya.
Keragaman organisme yang ada pada saat ini dipandang
sebagai perubahan organisme yang dimulai dari struktur DNA dimana mekanisme
perubahan tersebut dimulai dari tingkat molekul DNA (penyandi program
kehidupan) sehingga memungkinkan adanya keragaman organisasi makhluk hidup.
Dari kajian bidang molekuler muncul banyakkonsep penting adanya gen yang tidak
berubah selama proses evolusi. Gen-gen tersebut memiliki tingkah homologi
(kesamaan) struktur antara spesies dalam skala luas dan ekspresi fungsional
protein yang dihasilkannya tidak berbeda satu dengan yang lainnya.
Gen-gen ini disebut gen-gen yang mengalami
konservasi.Berdasarkan konsep biologi molekuler bahwa kajian asal usul
organisme sangat diuntungkan oleh keberadaan mitokondria karena dalam kedua
organelatersebut diketahui adanya DNA yang berbeda dengan DNA kromosom. Selain
itu telah terbukti bahwa DNA mitokondria hanya berasal dari ibu. Sehingga untuk
menelaah asal usul manusia, hewan dan tanaman tingkat tinggi. Banyak dilakukan
dengan analisis DNA mitokondria (Widodo, 2003) Biologi molekuler adalah bidang
ilmu yang berkembang dari genetika molekuler yang diperluas. Bahasan Biologi
molekuler meliputi semua aspek proses hidup, tidak saja hanya menyangkut
sifat-sifat yang diturunkan melalui gen, melainkan juga ekspresi dan
pelaksanaanprogram-program kehidupan dalam proses fisiologi, perkembangan
reproduksi dan taksonomi sampai dengan bahasan tentang adaptasi dan interaksi
dengan spesies lain (Sumito,2002dalam Mas’ud 2009).
Dengan demikian biologi molekuler merupakan bidang
kajian yang mengadung unsur biokimia maupun biofisika dan hanya dapat dibahas
dengan baik apabila cukup memiliki penguasaan bidang biologi secara mendasar.
Berkaitan dengan mengungkap peristiwa evolusi pada tingkat genom, maka perlu
dikaji dari aspek genetika dan Biologi molekuler untuk menjawab pertanyaan apa
dan bagaimana evolusi dapat terjadi pada tingkat genom.
Garis
Besar Evolusi Molekuler
Berbagai penelitian di bidang molekuler telah
mencoba mengungkap asal-usul kehidupan dan evolusi berbagai makhluk hidup yang
masih hidup atau yang telah punah. Teori-teori yang berkembang tentang
asal-usul kehidupan memang sulit dibuktikan. Saat ini fosil molekuler sebagai
intron yang terdapat dalam materi genetik tiap makhluk hidup merupakan salah
satu petunjuk yang mendukung teori-teori tersebut. Garis besar evolusi
molekuler adalah sebagai berikut:
1.
Dunia
RNA.
Suatu
sistem kehidupan harus dapat mereplikasikan materi genetiknya danmampu
berevolusi. Protein sangat penting dalam replikasi DNA, tetapi sebagian besar
potein di sintesis pada cetakan RNA dan cetakan RNA itu sendiri disintesis
padacetakan DNA. Para saintis telah membuat hipotesis bahwa molekul-molekul RNA
yang dapatmelakukan sendiri muncul secara prabiotis melalui kondensasi acak
dari mononukleotida-mononukleotida menjadi polimer-polimer kecil. Situs-situs
aktif pada sebagian besar protein modern dan RNA katalitik merupakan komponen
penyusunsegmen-segmen yang relatif kecil dari polimer-polimernya.
Polimer-polimer RNA replikasi primitif berukuran
kecil yang terbentuk secara abiotis kemungkinan hanyamempunyai aktifitas
katalitik yang lemah dan rentan terhadap replikasi yang salah.Meskipun
demikian, molekul tersebut barangkali dapat menggunakan dirinya atau molekul
RNA lain sebagai cetakan untuk mempolimerisasi nukleotida RNA.
Kesalahan-kesalahan dalam jumlah banyak yang terjadi
selama replikasi pada RNA replikasi awal menghasilkan sebuah pool keragaman
genetic yang dapat dipilah-pilah oleh seleksi alam untuk menemukan
molekul-molekul yang dapat mereplikasikandengan lebih cepat atau mempunyai
akurasi yang lebih tinggi. Akan tetapi, terdapat sebuah masalah, yaitu tidak
ada replikasi yang dapat mengadakan situs aktifnya sendiri.Karenanya,
dibutuhkan minimum dua replikasi RNA yang disintesis pada saat hampirbersamaan
dari prakursor ”suppurba”(primordial soup).
Sebuah tipe primitive sel yang mengandung sebuah
genom RNA, yang disebut eugenot, diduga
berkembang daripopulasi progenot.Molekul RNA diduga merupakan molekul genom
atau enzim primordial (purba)pada sistem-sistem kehidupan primitif. Gula ribose
lebih mudah disintesi pada simulasi kondisi primordial dibandingkan gula
deoksiribosa. Prakursor DNA dari semua sel yang hidup pada saat ini dihasilkan
dari reduksi nuleosid difosfat RNA oleh enzim protein yang amat lestari
(conserved) yang disebut ribonukleosida difosfat reduktase. Enzimini terdapat
pada semua sel modern dengan hanya sedikit perbedaan struktur. Hal tersebut
tanpa menunjukan bahwa enzim ini adalah enzim purba yang telah melakukantugas
penting yang sepanjang sejarah evolusioner yang panjang.
Sistem-sisitem kehidupan dengan genom RNA diduga
telah berevolusi terlebih dahulu. Genom-genom DNA yang lebih stabil
dievolusikan kemudia untuk menyimpan informasi genetik.Selain itu, DNA lebih
kecil kemungkinnnya untuk membentuk konfigurasi-konfigurasi tiga dimesi yang
kompleks akibat ketidakadaan gugus 2 hidroksilnya yangtelah dapat mengakibatkan
ikatan hidrogen yang tidak biasa. Lebih lanjut, bahwaaktifitas kataliik dari
beberapa ribosom modern melibatkan gugus 2’ OH ini.
terakhir,molekul-molekul dsDNA mempunyai struktur
yang sama berupa struktur heliks gandayang menunjukan kepada kita bahwa molekul
tersebut tidak mempunyai sifat seperti enzimatis. Akan tetapi, dsDNA dapat
melipat ballikke untaiannya sendiri dan ssDNA melipat membentuk struktur
tersier. Secara bertahap, protein mulai mengambil alih fungsi-fungsi kataltik
yangsebelumnya dilaksanakan oleh molekul-molekul RNA.
Hal ini memberikan flaksibilitas yang tinggi di
dalam sekuens karena terdapat 20 asam amino dan hanya 4ribonukleotida. Selain
itu, bentuk tiga dimensi molekul RNA membutuhlan suatuskuens komplementer
ditempat lain pada untaiannya untuk dapat membentuk ikatan hydrogen.Sintesis-sintesis
kehidupan awal yang bias membuat berbegai protein penting cenderung memiliki
keuntungan selektif dibandingkan system-sistem dengan protein-protein yang
terbatas. Dengan demikian, seleksi mendorong munculnya variasi-variasipada
protoribosom, tRNA, dan tRNA sintesis awal. Proses ini diduga telah menghasilkan
satu set ribosom spesifik-peptida yang masing-masing mempunyaisekuens mRNA.
Dengan demikian, suatu kode genetik primitive dapat termantapkan sebagai
set-set tRNA sintase dan proto ribosom spesifik-peptida berevolusi.
2.
Dunia
DNAMolekul
DNA
beruntai ganda mempunyai struktur yang lebih stabil dibandingkan ssRNA. Karena
lebih menguntungkan bagi system kehidupan untukmenyimpan informasi yang dapat
diwariskan di dalam molekul DNA daripada molekul RNA. Gugus 2” OH pada RNA
dapat menyerang ikatan fosfodiester yang berada didekatnya sehingga membuat RNA
menjadi jauh lebih stabil dari pada DNA. Prosesautokatalitik ini barangkali
dipercaya oleh kondisi-kondisi yang keras pada bumiprimitif.
Seiring semakin kompleksnya sel-sel ukuran genomnya
juga harus meningkat.Jika eugenot pertama memiliki genot RNA yang
tersegmentasi, setidaknya satu genomdari tiap segmen harus ada di dalam tiap
sel anaknya agar sel tersebut dapat sintas(survive)Untuk meningkatkan
probabilitas sel-sel anakan memperoleh genom yangutuh, seleksi alam akan lebih
memilih produksi genom polisistroni, akan tetapi semakinbesar segmen genomik
RNA, semakin tidak stabil pula RNA tersebut sebagai sifatautokatalitiknya, jadi
merupakan suatu keuntungan bagi molekul DNA polisistronikstabil untuk mengambil
alih fungsi genomic dari RNA dan membiarkan RNAmelakukan fungsi-fungsi yang
tidak memerlukan molekul-molekul yang berusiapanjang.
Sel-sel tak bernukleus pertama yang mengandung genom
DNA (dan semua sel semacam itu yang muncul berikutnya) disebut prokariota.Setidaknya
diperlukan empat proses utama untuk menyelasaikan transisi ini,yaitu
(1) sintesis monomer DNA oleh ribonukleotida
difospat reduktase
(2) transkripsibalik dari genom RNA menjadi polimer DNA
(3) replikasi genom DNA oleh DNApolymerase dan
(4) transkripsigenom DNA menjadimolekul RNA
fungsional(nongenomik) seperti tRNA, mRNA, dan rNA.
Gen-gen yang terpisah pada sel eukariotik modern
terdiri dari daerah pengkode (ekson) dan daerah yang bukan pengkode (intron).
Terselingnya gen-gen oleh 88Handout Teori Evolusi Molekuler intron menawarkan
suatu keuntungan evolusioner. Tampaknya,ekson-ekson dari gen yangberbeda
kadangkala dapat direkombinasi melalui mekanisme-mekanisme alami untukmengkode
protein dengan fungsi yang berbeda namun mempunyai domain-domainasam amino yang
mirip. Tiap domain tersebut mempunyai fungsi spesifik (misalnyasebagai tempat
pengikatan reseptor, pembentukan heliks-α dan lain-lain) proses ini disebut pengocokan
ekson(exon shuffling), tampaknya telah digunakan secara luas didalam dunia DNA
eukariota awal .
2.
Analisis
Filogenetik
Protein-protein dapat berevolusi dengan laju yang
berbeda-beda akibat adanyafaktor intrinsic (mekanisme-mekanisme perbaikan).
Protein –protein yang sangat lestari(conserved) tampaknya hanya mampu
menoleransi sedikit perubahan kecil, sedangkansejumlah protein lainnya mampu
menyerap berbagai mutasi tanpa kehilanganfungsinya.
Mutasi yang terjadi diluar daerah yang terlibat
dalam fungsi normal dapatditoleransi sebagaimutasi netralsecara selektif.
Seiring berjalannya waktu biologis,mutasi-mutasi netral tersebut cenderung
terakumulasi di dalam garis keturunangeneologis.
Jika kita asumsikan kalau mutasi –mutasi netral
semacam itu terakumulasidengan laju konstan untuk protein yang sangat lestari,
maka kita bisa menentukan polapercabangan dari pohon filogenetik(disebut juga kladogramatau
pohon evolusi).
Prinsip parsimoniumum digunakan untuk menentukan
jumlah minimum perubahan genetikyang dibutuhkan untuk menyebabkan
perbedaan-perbedaan skuensasam amino atau nukleotida di antara
organisme-organisme yang mempunyai nenekmoyang (ancestor) yang sama.
Jarak evolusi yang memisahkan organisme di
dalampohon filogenetik biasanya dinyatakan dalam unit-unit mutasi nukleotida
atau subtitusiasam amino sepanjang masing-masing lengan pohon tersebut di
antara titik-titik percabangan seperti pada Gambar 4.1 berikut :

Komentar
Posting Komentar